Dan, cinta sekali membuktikan kekuatannya malam itu kalau
cinta ada untuk cinta itu sendiri, bukan untuk dimiliki, bukan untuk Genta,
bukan untuk Dinda, bukan untuk Riani, bukan untuk Zafran. Cinta memang ada
untuk dicintai dan diungkapkan sebagai sebuah jembatan baru ke
pelajaran-pelajaran kehidupan manusia selanjutnya. Cinta yang akan membuat
manusia lebih mengerti siapa dirinya dan siapa penciptanya. Dan penuh dengan
rasa syukur akhirnya manusia menyadari bahwa tidak ada cinta yang lebih besar
di dunia ini kecuali cinta Sang Pencipta kepada makhluknya. Tidak ada cinta
yang bisa dimiliki oleh manusia, kecuali cinta dari Sang Pencipta yang tidak
pernah berpaling dari manusia dan selalu mencintai makhluk terbaik ciptaan-Nya.
Sang Pencipta tidak pernah memberikan apa yang manusia pinta, seperti cinta. Ia memberikan apa yang
manusia butuhkan.
Malam dimana Genta bilang sayang untuk Riani, tapi ternyata
justru Zafran yang ada dihati Riani.
Cinta adalah suatu perasaan yang tidak dapat didefinisikan
bentuknya dan darimana asalnya.
“Cinta datang karna terbiasa” suatu kalimat yang saya akui
kebenarannya. Persahabatan yang terjalin antara Genta, Adrian, Ian, Zafran dan
Riyani selama sepuluh tahun lebih menciptakan benih-benih cinta yang tumbuh
diantara mereka. Genta yang diam-diam menyimpan rasa kepada Riyani, dan
akhirnya dia bisa mengungkapkan perasaan itu setelah mereka turun dari puncak
Mahameru.
Tetapi sangat disayangkan, ternyata Riyani tidak memiliki
perasaan yang demikian. “Ta, maaf yang ada di hati Riyani itu bukan Genta, tapi
Zafran.” Katanya. Wajah Genta terlihat sangat kecewa dan tidak percaya. Tapi
itulah kenyataan. Walaupun Genta selalu memikirkan Riyani, dan banyak waktu
yang telah mereka habiskan berdua, Genta bukanlah pria yang selama ini ada di
hati Riyani. Riyani malah menyimpan rasa kepada Zafran. Zafran yang saat itu mendengar percakapan
antara mereka sungguh kaget dan tidak menyangka, ternyata Riyani menyimpan rasa
padanya.
Saat itu Zafran sangat tergila-gila pada Dinda, adik Arial
(Denny Sumargo) tetapi Dinda mencintai Genta. Entah cinta segi berapa, intinya
satu: Cinta datang karena telah
terbiasa.